Sepiring pancake bertabur buah-buahan segar sudah mendarat dengan aman di dalam perut yang semalaman keroncongan. Carrier merah muda kesayangan sudah siap disandang masuk hutan. Cicit burung nan merdu jadi nyanyian pengawal hari yang cerah menyenangkan. Rasanya lebih dari sekedar menyenangkan karena saya dan delapan teman, tim #LastPlaceOnEarthChallenge akan masuk ke jantungnya Leuser Ecosystem Aceh untuk bertemu langsung dengan orangutan dan teman-temannya.
“Sebelum mulai trekking ke hutan, kita mau ke pos dulu ya, katanya
ada beberapa orangutan di sana”, ujar Bang Zul, local guide kami di Ketambe.
![]() |
Bang Zul, local guide kami di Ketambe... |
Hati saya deg-degan serasa akan kencan pertama kali. Iya bisa
dikatakan begitu karena saya akan bertemu, melihat, berkencan langsung dengan orangutan di rumahnya,
hutan rimba.
Trekking ke Ketambe ini jadi pemanasan sebelum kami melakukan
pendakian 6 hari ke Gunung Kemiri, yang juga masih dalam satu kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser. Tujuannya ingin melihat Orangutan, Macaca / monkey, gibbon,
flora dan fauna yang ada di jantungnya Aceh. Tapi harus diingat, bahwa tidak
ada yang bisa memastikan di mana dan jam berapa kita bisa melihat hewan-hewan
itu karena mereka liar dan tidak menyukai kehadiran manusia. Begitu mendengar
suara manusia sedikit saja mereka sudah langsung kabur.
Garry, ketua ekspedisi ini, sudah memberitahu kami di awal
bahwa ketika melihat hewan-hewan liar, sebaiknya tidak mengeluarkan suara
sedikit pun, seberapa pun girangnya kita. Bahkan jalan harus mengendap-ngendap
agar suara langkah kaki kita tidak terdengar oleh mereka. Selayaknya memasuki rumah orang lain, kita harus sopan kan?
![]() |
Garry Sundin, our trip leader from Orangutan Odysseys |
Dengan langkah pelan kami menuju salah satu lokasi yang katanya sedang
menjadi tempat favorit orangutan berkumpul belakangan. Ternyata pohon itu
sedang berbuah hingga beberapa orangutan memutuskan untuk berdiam dan jadilah mereka bersarang di
pohon besar itu sementara waktu. Ada sekitar 5 orangutan yang kami temui.
Sebagian dari mereka sedang asyik berayun di antara ranting pohon dan mengunyah
daun serta buah. Sebagian lagi masih asyik tidur di dalam sarangnya. Pohonnya
besar sekali sehingga kami tidak bisa melihat dari dekat. Hanya Adam dan Sean
yang membawa lensa kamera tele yang mengabadikan orangutan itu secara close-up.
![]() |
Orangutan nya melihat kami yang menatap dia dengan gembira dan dibalas dengan tatapan seperti itu... |
Ketika sudah dirasa cukup mengabadikan orangutan di lokasi
pertama, Garry mengajak kami untuk bergerak masuk ke dalam hutan Ketambe. Pintu
masuk ke hutannya ada di tepi jalan dan tidak ada plang apa pun yang menjadi
penanda bahwa itu pintu. Selain Bang Zul, ada Bang Sam dan Bang Is yang
mendampingi ekspedisi kami.
“Satya capek nggak? Mau dibawakan tasnya?” tanya Bang Zul setelah
setengah jam pendakian dimulai. Jalurnya sangat menanjak sehingga saya basah bermandikan keringat karena membawa beban yang lumayan berat di punggung. Saking basahnya saya terlihat seperti
habis mandi. Mungkin karena melihat itu Bang Zul merasa kasihan dan menawarkan
bantuan.
“Nggak apa-apa Bang Zul. Sudah biasa berkeringat deras begini
setiap naik gunung. Sekalian latihan bawa beban nih sebelum ke Gunung Kemiri” ujar
saya sambil terkekeh. Tubuh kita memang butuh adaptasi dulu saat akan naik gunung. Bagian terberat saat naik gunung adalah 3 jam pertama,
apalagi kalau sudah disuguhi tanjakan dari awal pintu masuk. Tubuh kita kan
butuh beradaptasi dulu ya jadi ada baiknya berjalan dengan ritme pelan tapi
pasti.
Setiap setengah jam / satu jam kami berhenti untuk
beristhirahat sekitar 10 menit. Kami manfaatkan waktu isthirahat itu untuk
minum dan menyantap makanan ringan yang kami bawa. Tentu tak lupa foto-foto
dengan pohon dan lumut cantik dalam hutan. Saya sangat menikmati ekspresi
teman-teman dari Australia ketika melihat sesuatu, entah itu pohon, daun,
bunga, lumut yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
![]() |
Ayo, ada yang tahu ini hewan apa? |
Di tengah perjalanan kami juga menjumpai akar-akar gantung
yang panjang dan cukup kuat untuk kami jadikan ayunan. Tentu saja sangat
menyenangkan bisa berayun-ayun ala Tarzan dengan akar-akar itu. Semuanya
tertawa gembira dan sejenak lupa rasa pegal di kaki karena sudah berjalan untuk
waktu yang cukup lama.
![]() |
Local Tarzan, Bang Sam, happily swing among the trees.... |
![]() |
Angie also looks so happy swinging around... |
Setelah dirasa cukup bermain-main, kami meneruskan perjalanan
dan tak berapa lama kami mendengar gemerisik dedaunan. Secara reflek kami
melangkah berjinjit, sebisa mungkin tidak menimbulkan bunyi. Kami percaya itu
adalah orangutan yang sedang bergelayut di pepohonan.
Ternyata benar.
Tak berapa lama, satu orangutan betina dan anak orangutan
yang berusia sekitar 2 tahun bergelayutan di dahan-dahan pohon, tepat di atas
kepala kami. Mama Orangutan sempat berhenti sejenak dan melihat kami, begitu
dekat. Kami terdiam namun membidik lensa kepadanya. Saya terduduk di tanah dan
air mata menetes di mata saya. Tentu itu adalah air mata bahagia. Dengan
perasaan puas bahagia, kami melanjutkan perjalanan ke camp tempat kami akan
isthirahat makan siang dan juga beristhirahat sebelum eksplorasi Ketambe lagi
keesokan harinya.
![]() |
Mama orangutan and the baby <3 |
Camp kami didirikan tepat di tepian sungai namun tetap aman
meski air sungai bisa naik pasang. Tim guide dan porter selain Bang Zul, Bang Is
dan Bang Sam sudah ada di sana sedang memasak dan menyiapkan tenda serta makan
siang. Sambil menunggu, kami semua diperbolehkan menikmati free time yang
tentunya kami pergunakan untuk mandi di sungai. Menyegarkan rasanya bisa
berendam di air sungai yang dingin setelah hampir setengah hari berjalan kaki.
![]() |
Across the river was fun! |
![]() |
Our river camp... |
![]() |
Lusi & Bang koki kita yang memasak makanan selama 2 minggu ekspedisi LPOEC |
Sehabis berenang di sungai, terbitlah lapar sehingga kami
menyantap makan siang kami dengan sangat lahap. Saya bahkan sampai menambah
nasi hingga dua piring. Energi kembali terisi penuh dan kami siap berjalan
lagi. Rencananya kami hanya akan berjalan selama dua jam, mengeksplorasi
Ketambe dan berharap bisa bertemu orangutan lagi. Sayang kami tidak terlalu
beruntung sore itu, namun tidak kecewa juga karena kami sudah menjumpai 7
orangutan.
Menjumpai 7 orangutan di habitatnya dalam satu hari tentu
tidak bisa hanya dibilang beruntung. Sangatlah beruntung namanya. Ya kan?
Di hari kedua kami mengeksplorasi Ketambe, target kami adalah
menjumpai Hornbill & Gibbon yang bisa dijumpai di pagi hari saat mereka berjemur
di pucuk-pucuk pohon. Kami mulai berjalan jam 7 pagi dan mengikuti
bunyi-bunyian Gibbon yang sangat khas. Pastinya ada banyak sekali Gibbon di
Ketambe jika mendengar betapa gaduhnya suara mereka di pagi hari.
Namun sayangnya Gibbon menyukai pohon-pohon yang sangat
tinggi sehingga sangat susah melihat mereka dari jarak dekat. Harus bawa
binocular sendiri atau pakai lensa tele yang bisa menangkap gerakan mereka yang
cepat. Saya tidak memiliki kedua-duanya, sehingga saya hanya mendongak, melihat
titik-titik kecil berwarna abu-abu di puncak pohon. Namun saya sangat menikmati
suara mereka yang begitu merdu di telinga. Bunyinya bersahut-sahutan seperti
rumpi pagi yang seru. Saya mau ikutan tapi nggak mengeti bahasanya. Bagaimana
dong? Hehehehe…
Dalam perjalanan ke Ketambe ini, kami juga dimanjakan dengan
berendam di “kolam” air panas. Sebenarnya bukan kolam secara harafiah,
melainkan sungai yang dialiri air panas dan air dingin yang menjadikan ada
beberapa titik kolam yang bisa dijadikan tempat berendam. Meski hanya diberi
waktu 30 menit untuk berendam karena harus kembali ke camp untuk makan siang.
Tanpa babibu, saya buka baju dan langsung berendam.
Aih Mak enak betul!
![]() |
Sumber air panas yang mengalir bersamaan dengan air dingin sungai sehingga menjadi air hangat... |
![]() |
Left - Right : Princess Sher, Mil, Angie, me, Brendan |
Segala rasa pegal di paha, telapak kaki, pundak, punggung,
hilang tak terasa lagi. 30 menit itu terasa sebentar sekali padahal saya masih
ingin berendam. Tapi kalau berlama-lama nanti saya ditinggal sendirian di
hutan. Bergegaslah kami berpakaian dan mengenakan sepatu, bersiap berjalan lagi.
Begitu tiba di camp, makan siang sedang disiapkan dan kami
masih punya waktu untuk berenang sebentar di sungai sambil mengeringkan pakaian
basah yang kami pakai berendam di air panas. Langit biru tak berawan, air
sungai yang mengalir segar dan angin semilir nan sejuk membuat saya betul
bersyukur, merasa terberkati untuk perjalanan di Ketambe yang sangat
menyenangkan.
Saya buka mata lebar-lebar, saya tegakkan telinga, saya hirup
udara dalam-dalam, berusaha untuk merekam sebaik-baiknya apa yang saya lihat,
saya dengar dan saya hirup. Rekaman perasaan yang menyenangkan yang ingin saya
putar berulang-ulang setiap kali saya merasa terlalu banyak beban pikiran. Nyanyian alam, ode, ode dari Ketambe...
![]() |
Greetings from the Jungle Girls ; me, Angie, Princess Sher, Mil, Emma |
Cheers,
seru banget bisa liat orang utan langsung dari habitat asli, selama inj Babang cuma liat mereka di zoo aja
ReplyDeleteIyaaaa makanya sampai nangis pas bisa ketemu orangutan nya langsung di habitatnya. Ke Ketambe yukkkk Bang xD
Deletesalah satu pengalaman paling berkesan ini kayaknya ya, beb. beruntung bisa ikut perjalanan ini! mantap beb!
ReplyDeleteYes beb!!!! Iya banget. Aku beruntung bisa keetemu sama orangutan Sumatera ini langsung di hutan. Aku jadi kepengen balik ke sana buat ketemu mereka lagi. Yuk yuk beb. Easy trekking kok ;)
Deletemenginspirasi !!!!! kaksatyaku💕
ReplyDeleteWaaaa Nana mampir ke blogku. Hehehehe. Makasih Naaaa. Yuk kapan2 ke Aceh yuk, ke Ketambe buat lihat orangutan <3
DeleteSenang lihatnya masih banyak yang muncul dan ramah sama manusia.
ReplyDeleteSebenarnya mereka tidak bisa kita bilang ramah karena mereka hidup di habitat liar dan tidak dekat dengan manusia Kak Rico. Tapi mereka menghargai keberadaan kita karena kita juga menghargai keberadaan mereka di rumahnya. Heheheheheee.... Orangutan ini pintar sekali lho <3
DeletePerjalanan yang menarik kak. Suatu saat pengen banget mengunjungi aceh. Bertualang di hutan leuser.
ReplyDeleteHai Solfala, terima kasih sudah mampir ke blogku ya... Iya aku doain semoga nanti bisa ke Leuser juga... Aku juga kepengen balik lagi dan nyobain naik Gunung Leusernya langsung. Ekspedisi 16 hari di hutan tropis Leuser sepertinya seru sekali kan? xD
Deletemau ikut juga di last planet, sat <3
ReplyDeleteMoga-moga tahun depan ada lagi jadi Ejie bisa ikutan ya... Aminnnn....
Delete